Kamis, 22 Maret 2012

Kalau aku punya pacar

Kalau Aku Punya Pacar [1]



   


Kalau aku punya pacar, tingginya pasti lebih dariku sehingga aku akan menengadahkan kepalaku untuk memandangnya. Atau hampir setinggi aku, tak apa, yang penting aku tahu ia menyukaiku sebesar aku menyukainya.

Kalau aku punya pacar, ia akan tertawa di bahuku dan aku akan menenangkannya dengan mengelus rambutnya yang halus.

Kalau aku punya pacar, ia adalah orang yang senang tertawa, menyukai humor dan selalu menertawai diriku. Ia pikir akulah yang selalu membuat dirinya tertawa. Ia akan menepuk kursi di sebelahnya, menyuruhku untuk duduk di sampingnya, dan menawarkan kue kismis. Dan aku akan berkata bahwa aku tidak suka kismis.

Kalau aku punya pacar, ia akan bertanya dengan lantang dan polos apa benar aku sudah berumur tujuh belas tahun. Dan aku akan menjawabnya dengan tak kalah sewot bahwa aku sudah berumur tujuh belas. Lalu kami akan tertawa bersama.

Kalau aku punya pacar, ia bukan seorang yang porno. Ia menghormatiku sebagai perempuan, ia akan berlaku sebagaimana seorang gentleman memperlakukan wanita.

Kalau aku punya pacar, aku akan memeluknya ketika aku duduk di belakang punggungnya di atas motor.

Kalau aku punya pacar, ia akan mengetahui segala tentangku padahal sepertinya ia tidak pernah terlihat mencari tahu sesuatu. Ia akan mengetahui nomor sepatuku, ukuran bajuku, kebiasaan-kebiasaanku, bahkan makanan kesukaan ibuku.

Kalau aku punya pacar, ia akan senang begitu aku menyelesaikan sebuah cerita pendek, cerita panjang atau novel. Ia tidak berlebihan, ia akan memuji dan memberi masukan dengan kata-kata yang lembut.

Kalau aku punya pacar, mungkin kami akan bertengkar sebentar. Tapi kami berusaha untuk cepat-cepat mendiskusikannya, membuatnya lebih baik, dan saling memaafkan. Karena kami tahu kami tak mau kehilangan satu sama lain.
Kalau aku punya pacar, kami akan saling merindukan.

Kalau aku punya pacar, ia adalah seorang yang romantis, sebagaimana diriku. Ia mungkin akan memberiku bunga dan coklat. Tapi ia pun suka menyelipkan sesuatu ke dalam barang-barangku. Entah itu kalung yang selama ini kuinginkan atau hanya sebuah pajangan kecil dengan tulisannya yang berbunyi ‘let me be your blanket when your heart is cold’.

Kalau aku punya pacar, ia adalah seseorang yang suka memberi kejutan. Tapi bukan kejutan yang mengerikan, karena ia tahu aku benci dengan hal-hal yang berbau horor. Ia tidak suka melihatku menangis. Ia akan memelukku, membiarkanku tenang, lalu mengajakku jalan-jalan ketika aku bersedih. Sebaliknya, ia akan ikut tertawa jika aku tertawa.

Kalau aku punya pacar, tangannya tidak akan memiliki otot-otot besar seperti binaragawan. Tubuhnya sedang, sebagaimana diriku.

Kalau aku punya pacar, keluarganya akan menerimaku dengan hangat. Seluruh anggota keluarganya akan mengenalku dan mengajakku makan malam bersama setelah berbuka puasa.

Kalau aku punya pacar, aku akan senang sekali menunggunya ketika ia sholat Jumat. Dan aku akan senang melihatnya memakai baju koko, atau tidak pakai juga tidak apa-apa. Tapi di tangannya ada sebuah sajadah yang dibawanya.

Kalau aku punya pacar, ia akan terlihat sangat tampan ketika memakai jas.

Kalau aku punya pacar, aku akan membuat diriku lebih dewasa dalam berpikir. Aku akan belajar bagaimana menghargai orang lain, mencoba mengurangi sifat egoisku dan memahami perasaan orang lain.

Aku akan menunggunya, ia yang disiapkan oleh Tuhan. Ia yang mempunya separuh hatiku, ia yang terbaik dari semua laki-laki yang pernah kutemui. Ia ada di suatu tempat, entah itu ribuan kilo jauhnya dari sini, atau mungkin hanya beberapa langkah dan tepat di mataku. Ia di sana untuk kutemukan... belahan jiwaku.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar